Selasa, 18 Agustus 2015

Pendidikan, Nothing Impossible



Pendidikan, Nothing Impossible
Oleh : Moh. Yusroni
Manusia adalah makhluk yang sempurna yang diciptakan oleh Tuhan, dalam artian manusia diberi akal untuk berpikir. Setiap manusia mempunyai cara sendiri dalam mengolah pikiranya. Ada yang mempergunakan pikiranya untuk sesuatu yang buruk dan ada juga yang mempergunakan pikiranya untuk hal yang baik. Oleh karena itu dibutuhkan sesuatu yang bisa mengolah itu semua. Seseorang dalam menggunakan pikiranya, baik atau buruk pasti ada sebab dan akibatnya.
Dari kasus di atas ‘pendidikan’ muncul sebagai acuan dalam kita berpikir dan berperilaku. Pendidikan sebenarnya adalah sesuatu yang terorganisir. Bisa diartikan, manusia melakukan sesuatu karena sesuatu atas dasar sesuatu. Pendidikan bahkan bisa membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin dan sebaliknya. Cara orang dalam memandang apa arti pendidikan itu berbeda beda, ada yang berpikiran bahwa pendidikan adalah sekolah dan kuliah, pendidikan adalah menjadi guru dan pendidikan adalah mereka yang memakai seragam.
Memang ada benarnya pemikiran pemikiran tersebut. Namun, pendidikan pada dasarnya tanpa kita sadari sudah melekat pada diri masing masing manusia dari mulai lahir dilingkup keluarga. Dalam keluarga seseorang diajarkan untuk memulai kehidupan, menjalani kehidupan bahkan mengakhiri kehidupan.
Pada saat kita masih kecil kita dididik untuk selalu bersikap sopan, makan dengan tangan kanan, tidak boleh nakal, melakukan ibadah dan masih banyak lagi. Itu semua beralasan, bagaimana semua hal tersebut akan terus berlanjut dan dilakukan oleh seseorang sampai dewasa, kemudian diajarkan ke anak anaknya dan mungkin orang orang disekitarnya. Selain di rumah, di sekolah, tempat bermain, stasiun bahkan terminal tidak luput dari yang namanya pendidikan. Sebagai contoh, di terminal ada banyak orang yang mahir mengemudi bus, yaitu supir. Supir tidak sembarangan dalam mengendalikan kendaraanya, semua ada aturan dan caranya, yang pasti sebelum calon supir menjadi supir, pasti ada fase dimana calon supir menjalani proses pelatihan dan pendidikan. Dalam hal ini pendidikan memiliki arti yang sangat luas.
Pendidikan membebaskan sesuatu atas dasar sesuatu. Seorang guru mendidik murid muridnya karena memiliki ilmu lebih dari murid murid yang dididik. Guru bebas menggunakan dan mengajarkan ilmunya. Dalam kasus ini guru harus bijak dalam mengartikan pendidikan yang sebenarnya. Guru harus sadar posisi dan jabatanya, jangan salah melakukan proses mendidik dan dididik.
Bicara tentang pendidikan, yang tak kalah pentingya adalah bagaimana umat manusia dididik oleh kehidupan yang dijalani. Kehidupan mengajarkan ribuan makna untuk manusia bertahan hidup. Manusia berusaha untuk mencari dan menjalani kehidupan yang baik dan layak.
Semakin berkembangnya zaman, pendidikan bahkan sudah menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi, jika kebutuhan ini tidak dipenuhi, maka seseorang bisa larut termakan zaman. Dengan pendidikan, manusia bebas memilih pekerjaan yang diinginkan, tentunya berdasarkan latar belakang pendidikan yang yang sesuai pula. Ada kasus dimana banyak orang memiliki pekerjaan yang tak relevan dengan latar pendidikanya. Ada seorang pengusaha kaya, namun jika ditilik dari latar belakang pendidikanya dia hanya lulusan SD. Tapi ada juga kasus dimana lulusan sarjana hanya menjadi penjual jamu bahkan tukang ojek.
Bagaimanapun juga, ada kenyataan bahwa seseorang yang mempunyai jenjang pendidikan yang tinggi dan cemerlang mendapat pekerjaan, masa depan dan kehidupan yang cemerlang pula. Ini yang dinamakan ‘kehidupan yang adil’. Tapi, alangkah mirisnya mereka orang orang yang pendidikanya rendah memiliki kehidupan yang rendah pula. Alangkah baiknya jika orang orang yang memiliki pendidikan dan kehidupan yang baik dapat saling melengkapi terhadap orang orang yang berada di bawahnya. Pendidikan membuat segala sesuatu menjadi indah, jika kita bisa menggunakan prinsip ‘pendidikan yang membebaskan’ dengan bijaksana bukan bebas yang sebebas bebasnya.