Pendidikan,
Nothing Impossible
Oleh : Moh. Yusroni
Manusia
adalah makhluk yang sempurna yang diciptakan oleh Tuhan, dalam artian manusia
diberi akal untuk berpikir. Setiap manusia mempunyai cara sendiri dalam
mengolah pikiranya. Ada yang mempergunakan pikiranya untuk sesuatu yang buruk
dan ada juga yang mempergunakan pikiranya untuk hal yang baik. Oleh karena itu
dibutuhkan sesuatu yang bisa mengolah itu semua. Seseorang dalam menggunakan
pikiranya, baik atau buruk pasti ada sebab dan akibatnya.
Dari
kasus di atas ‘pendidikan’ muncul sebagai acuan dalam kita berpikir dan
berperilaku. Pendidikan sebenarnya adalah sesuatu yang terorganisir. Bisa diartikan,
manusia melakukan sesuatu karena sesuatu atas dasar sesuatu. Pendidikan bahkan bisa
membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin dan sebaliknya. Cara orang
dalam memandang apa arti pendidikan itu berbeda beda, ada yang berpikiran bahwa
pendidikan adalah sekolah dan kuliah, pendidikan adalah menjadi guru dan
pendidikan adalah mereka yang memakai seragam.
Memang
ada benarnya pemikiran pemikiran tersebut. Namun, pendidikan pada dasarnya
tanpa kita sadari sudah melekat pada diri masing masing manusia dari mulai lahir
dilingkup keluarga. Dalam keluarga seseorang diajarkan untuk memulai kehidupan,
menjalani kehidupan bahkan mengakhiri kehidupan.
Pada
saat kita masih kecil kita dididik untuk selalu bersikap sopan, makan dengan
tangan kanan, tidak boleh nakal, melakukan ibadah dan masih banyak lagi. Itu semua
beralasan, bagaimana semua hal tersebut akan terus berlanjut dan dilakukan oleh
seseorang sampai dewasa, kemudian diajarkan ke anak anaknya dan mungkin orang
orang disekitarnya. Selain di rumah, di sekolah, tempat bermain, stasiun bahkan
terminal tidak luput dari yang namanya pendidikan. Sebagai contoh, di terminal
ada banyak orang yang mahir mengemudi bus, yaitu supir. Supir tidak sembarangan
dalam mengendalikan kendaraanya, semua ada aturan dan caranya, yang pasti sebelum
calon supir menjadi supir, pasti ada fase dimana calon supir menjalani proses
pelatihan dan pendidikan. Dalam hal ini pendidikan memiliki arti yang sangat
luas.
Pendidikan
membebaskan sesuatu atas dasar sesuatu. Seorang guru mendidik murid muridnya
karena memiliki ilmu lebih dari murid murid yang dididik. Guru bebas
menggunakan dan mengajarkan ilmunya. Dalam kasus ini guru harus bijak dalam
mengartikan pendidikan yang sebenarnya. Guru harus sadar posisi dan jabatanya,
jangan salah melakukan proses mendidik dan dididik.
Bicara
tentang pendidikan, yang tak kalah pentingya adalah bagaimana umat manusia
dididik oleh kehidupan yang dijalani. Kehidupan mengajarkan ribuan makna untuk
manusia bertahan hidup. Manusia berusaha untuk mencari dan menjalani kehidupan
yang baik dan layak.
Semakin
berkembangnya zaman, pendidikan bahkan sudah menjadi kebutuhan yang harus
dipenuhi, jika kebutuhan ini tidak dipenuhi, maka seseorang bisa larut termakan
zaman. Dengan pendidikan, manusia bebas memilih pekerjaan yang diinginkan,
tentunya berdasarkan latar belakang pendidikan yang yang sesuai pula. Ada kasus
dimana banyak orang memiliki pekerjaan yang tak relevan dengan latar
pendidikanya. Ada seorang pengusaha kaya, namun jika ditilik dari latar
belakang pendidikanya dia hanya lulusan SD. Tapi ada juga kasus dimana lulusan
sarjana hanya menjadi penjual jamu bahkan tukang ojek.
Bagaimanapun
juga, ada kenyataan bahwa seseorang yang mempunyai jenjang pendidikan yang
tinggi dan cemerlang mendapat pekerjaan, masa depan dan kehidupan yang
cemerlang pula. Ini yang dinamakan ‘kehidupan yang adil’. Tapi, alangkah
mirisnya mereka orang orang yang pendidikanya rendah memiliki kehidupan yang
rendah pula. Alangkah baiknya jika orang orang yang memiliki pendidikan dan
kehidupan yang baik dapat saling melengkapi terhadap orang orang yang berada di
bawahnya. Pendidikan membuat segala sesuatu menjadi indah, jika kita bisa
menggunakan prinsip ‘pendidikan yang membebaskan’ dengan bijaksana bukan bebas
yang sebebas bebasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar